Persebaranhutan mangrove banyak terdapat di Pulau Sumatera. Sebagai pulau yang besar, keberadaan hutan mangrove di Sumatera tidak full yakni hanya di pesisir pantai bagian barat dan timur. Luas dari hutan mangrove yang ada di Pulau Sumatera sendiri mencapai 417.000 hektare. Beberapa titik di Pulau Jawa
Uploaded byAdi Soe 0% found this document useful 0 votes277 views2 pagesDescriptionPersebaran Hutan MangroveCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document0% found this document useful 0 votes277 views2 pagesPersebaran Hutan MangroveUploaded byAdi Soe DescriptionPersebaran Hutan MangroveFull descriptionJump to Page You are on page 1of 2Search inside document You're Reading a Free Preview Page 2 is not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Ketikaair mulai pasang, hutan mangrove akan tergenang air laut, tetapi ketika air mulai surut, hutan mangrove akan tidak tergenang lagi oleh air laut. hutan mangrove bisa tumbuh dengan baik jika pantai tempat dia tumbuh terlindungi oleh gelombang laut yang besar atau membutuhkan pantai yang tenang, hutan mangrove juga terdapat di muara sungai dan laguna.

Manfaat mangrove sebagai ekosistem pesisir tidak bisa dibantah oleh siapapun. Selain sebagai penjaga pesisir, mangrove juga menjadi ekosistem bagi ikan dan biota laut lain. Kondisi tersebut menjadikan ekosistem mangrove sangat penting Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, kerusakan ekosistem mangrove semakin tidak bisa dibendung. Ada banyak penyebab yang memicu terjadinya degradasi kawasan mangrove di berbagai provinsi Indonesia Melalui peta mangrove nasional PMN yang sudah diperbarui pada 2021, pengelolaan dan pelestarian ekosistem mangrove secara nasional bisa dilakukan lebih baik lagi. Terutama, bagaimana alih fungsi lahan mangrove bisa ditekan dan sekaligus juga melaksanakan pemanfaatan potensi lahan yang ada Dari hasil analisis data yang sudah dilaksanakan pada 2021, kawasan mangrove bertambah hektare menjadi ha. Juga, ada juga potensi lahan yang memiliki karakteristik untuk menjadi habitat namun belum ada vegetasi mangrove di dalamnya, itu luasnya mencapai ha Pemutakhiran data luasan mangrove secara nasional menjadi fokus yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia sejak 2013. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menyusun satu peta mangrove yang bisa menjadi salah satu panduan dalam mengelola wilayah pesisir. Kebutuhan akan satu peta mangrove nasional menjadi sangat mendesak, karena ada banyak data yang berbeda antara satu instansi dengan instansi yang lain. Padahal, Indonesia adalah pemilik hutan mangrove terluas di dunia dengan luasan mencapai 3,31 juta hektare. Dengan latar belakang tersebut, satu peta mangrove nasional yang sudah diluncurkan dua pekan lalu di Jakarta, diharapkan bisa mendorong pembangunan pesisir menjadi lebih baik lagi dan terarah. Terlebih, karena mangrove memiliki manfaat yang sangat banyak. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan bahwa kehadiran mangrove memang memiliki peran sangat penting bagi kawasan pesisir. Dari aspek fisik, mangrove dinilai mampu mencegah datangnya ancaman gelombang tinggi, abrasi air laut, dan tsunami. “Sementara dari aspek ekologi dan ekonomi, mangrove dapat menyerap dan menyimpan karbon lebih besar dari hutan tropis,” ucap dia saat berada di Taman Wisata Air TWA Muara Angke, Jakarta Utara. Peran yang sangat penting tersebut menjadikan mangrove sebagai salah satu pelindung di kawasan pesisir Nusantara. Keberadaannya dipastikan harus mendapatkan perhatian utuh, termasuk dalam pendataan luasan di seluruh provinsi. Bagi Luhut Binsar Pandjaitan, dengan diluncurkannya satu peta mangrove nasional, diharapkan ke depan bisa menjadi basis data dan informasi dalam melaksanakan pemetaan secara nasional. Khususnya, agar bisa menghasilkan informasi geospasial lebih akurat dan bisa dipertanggungjawabkan. baca Pesan Presiden Rawat Mangrove buat Jaga Pesisir, Ekonomi Masyarakat sampai Serap Emisi Karbon Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri LHK Siti Nurbaya melakukan penanaman mangrove di Taman Wisata Air TWA Muara Angke, Jakarta Utara. Foto KLHK Dalam melaksanakan proses penyusunan satu peta mangrove nasional, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan KLHK berperan sebagai wali data dan bertugas untuk melaksanakan pemutakhiran data mangrove secara nasional. Seluruh data akan menjadi referensi bagi kementerian dan lembaga K/L. Dia bersyukur, proses pemutakhiran data hingga bisa menjadi satu peta mangrove nasional bisa diselesaikan dengan tepat waktu. Hal itu diharapkan bisa mendorong upaya konservasi mangrove agar bisa terjaga kelestariannya. Harapan tersebut digaungkan, karena Luhut Binsar Pandjaitan melihat hingga saat ini masih saja ada upaya pengalihan pemanfaatan lahan mangrove di kawasan pesisir. Padahal, sesuai dengan rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil RZWP3K, seharusnya mangrove menjadi bagian dari sabuk hijau nasional. “Ada yang berganti menjadi kawasan tambak atau perikanan budi daya, itu tidak sedikit masih ditemukan pengalihan,” jelas dia. Agar fungsi alih tersebut tidak terjadi, maka diperlukan upaya penegakan hukum yang kuat dan mendapatkan pengawalan dari publik. Selain itu, diperlukan juga pemeliharaan yang berkesinambungan dan dilaksanakan dengan tujuan konservasi. “Adanya penebangan liar, dinilai akan mengikis habis mangrove yang seharusnya dikonservasi agar lebih bermanfaat bagi masyaraka,” tambah dia. Setelah satu peta mangrove nasional dirilis, maka target rehabilitasi hutan mangrove seluas 600 ribu ha diharapkan bisa tercapai pada 2024 mendatang. Kehadiran peta akan mendorong upaya rehabilitasi, konservasi, pemeliharaan, dan pengawasan. Demi menjaga kelestarian mangrove secara nasional, perlu dilakukan juga pengelolaan dengan melalui integrasi dengan perencanaan yang baik, dan strategi yang lebih baik lagi. Dari situ, diharapkan tercipta sinkroniasi antara peta mangrove nasional dengan program rehabilitasi mangrove nasional. “Kita Programkan untuk G20 juga,” ujar dia menyebut forum negara G20. baca juga Pekerjaan Rumah Mengelola Mangrove Nusantara Menteri LHK Siti Nurbaya pada kesempatan yang sama mengatakan, program pemutakhiran dan penyusunan peta mangrove nasional sudah dilaksanakan sejak 2013 lalu. Dengan demikian, diperlukan waktu sekitar delapan tahun untuk menyelesaikan Peta Mangrove Nasional PMN pada 2021. Penunjukkan KLHK sebagai wali data atau penanggung jawa dalam penyusunan peta tematik mangrove dilakukan melalui Peraturan Presiden RI Nomor 23 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2016 tentang percepatan pelaksanaan kebijakan satu peta pada tingkat ketelitian 1 Dia menjelaskan, dalam melaksanakan penyusunan PMN, KLHK melewati sejumlah tahapan yang komprehensif sebagai bagian dari proses yang berjalan. Termasuk, koordinasi penyusunan petunjuk teknis juknis dan kunci interpretasi. Selain itu, tahapan lainnya adalah penyiapan citra satelit dan peta pendukung, pra-pemrosesan pre-processing, interpretasi citra secara visual digitasi layar, pengendalian mutu tahap 1, penentuan titik sampel untuk cek lapangan, cek lapangan, dan perbaikan hasil interpretasi berdasar cek lapangan. “Kemudian, pengendalian mutu tahap dua, kompilasi, analisis dan tabulasi, penyusunan laporan dan pembuatan layout peta, hingga PMN ditetapkan,” papar dia. Kebijakan Satu Peta Tentang satu peta mangrove yang menjadi bagian dari PMN, Siti Nurbaya menjelaskan bahwa itu merupakan bagian dari kebijakan satu peta one map policy secara nasional. Sebagai bagian dari program tersebut, KLHK ditugasi untuk membuat satu peta one map untuk mangrove nasional. Penyusunan PMN, diharapkan tidak sekedar sebagai kartografik atau gambar saja. Melainkan, di dalamnya ada unsur politik yang mencakup aturan dasar, aturan main, kebijakan-kebijakan, dan melakukan delineasi atau penarikan garis batas sementara suatu objek atau wilayah menjadi peta. “Artinya ditentukan garis-garisnya, sehingga semua kementerian akan terlibat menjaga dan mengelola mangrove dengan baik,” tutur dia. baca juga Laju Degradasi Hutan Mangrove tak Sebanding dengan Upaya Rehabilitasi Sejumlah nelayan pulang dari melaut dan harus melewati hamparan lumpur di sekitar Pesisir Desa Batu Belubang yang sudah kehilangan mangrovenya. Foto Nopri Ismi/Mongabay Indonesia Dari hasil analisis data yang sudah dilaksanakan, Siti Nurbaya menjelaskan bahwa sudah banyak perubahan luasan mangrove secara keseluruhan di Indonesia. Selama periode 2013-2018, luas eksisting mangrove mencapai ha. Sementara, dari hasil pemutakhiran PMN 2021, luas mangrove secara nasional sudah berubah menjadi ha. Atau dengan kata lain, saat ini luasan mangrove nasional sudah berubah dengan luas tambahan seluas ha. Menurut dia, kenaikan luas yang signifikan tersebut menunjukkan ada indikasi yang positif dalam upaya konservasi ekosistem mangrove di Indonesia. Upaya ini dilakukan oleh banyak pihak, baik K/L maupun kelompok masyarakat, terutama masyarakat pesisir secara swadaya. Khusus untuk kegiatan secara swadaya dalam melaksanakan rehabilitasi mangrove, itu menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk menjaga mangrove sudah semakin meningkat. Diyakini kalau saat ini mereka sudah menganggap penting keberadaan tanaman tersebut bagi lingkungan dan ekonomi. Selain luasan tambahan, hasil pemutakhiran PMN 2021 juga menghasilkan data berupa luasan potensi habitat mangrove hingga seluas ha. Luasan tersebut menjelaskan bahwa secara karakteristik saat ini ada lahan yang bisa dijadikan habitat mangrove, namun belum ada vegetasi mangrove. Di luar bertambahnya luasan dan potensi lahan, ada juga luasan mangrove yang berkurang dikarenakan terjadinya beragam kondisi penutupan. Dari hasil identifikasi yang dilakukan melalui pemutakhiran PMN 2021, itu terjadi karena mangrove terkena abrasi, area terkena abrasi, lahan terbuka, tambak, dan tanah yang timbul. Siti Nurbaya mengungkapkan, terjadinya perubahan tutupan mangrove dalam beberapa tahun terakhir, menjadi salah alasan kuat untuk melaksanakan kegiatan pemutakhiran PMN 2021. Kegiatan tersebut sejak awal diharapkan bisa menghasilkan data terbaru tentang keberadaan dan sebaran mangrove. baca juga Apakah Mangrove si Penyerap Karbon Bisa Tergantikan Teknologi? Lebat teduhnya kawasan hutan mangrove Suasana kawasan mangrove di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Foto Donny Iqbal/Mongabay Indonesia Diketahui, penyusunan PMN 2021 melibatkan banyak pihak dalam prosesnya. Selain KLHK, ada juga Kementerian Kelautan dan Perikanan KKP, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove BRGM, Badan Informasi Geospasial BIG, dan Badan Riset dan Inovasi Nasional BRIN. Kelima lembaga Negara tersebut ditunjuk menjadi anggota Kelompok Kerja Rehabilitasi Mangrove sesuai dengan Surat Keputusan Dirjen PDASRH Nomor tentang Kelompok Kerja Rehabilitasi Mangrove. Siti Nurbaya berharap, kehadiran PMN 2021 bisa menjadi dasar untuk berbagai kebijakan dan perencanaan yang dibuat dan diterapkan untuk pengelolaan ekosistem mangrove, utamanya berkaitan dengan kondisi mangrove terkini. Setelah PMN 2021 diterbitkan, Pemerintah Indonesia semakin fokus untuk melaksanakan pengelolaan dan pelestarian mangrove. Salah satu upaya tersebut, adalah dengan memanfaatkan teknologi kamera drone untuk pelestarian mangrove dan melakukan uji coba di Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pelaksana Tugas Plt Asisten Deputi Pengembangan Produk Kehutanan dan Jasa Lingkungan Kemko Marves Zainuddin mengatakan bahwa pemanfaatan teknologi kamera drone tanpa awak saat ini masih dalam tahap uji coba. Dia menjelaskan, penggunaan drone difokuskan untuk tenaga tanpa awak yang bisa melaksanakan penyemaian bibit mangrove dalam bentuk bola benih. Untuk membuat bola benih, tenaga manusia masih akan diberdayakan dengan maksimal oleh Pemerintah. Adapun, bibit mangrove yang dijadikan bola benih adalah jenis avicennia, yang tidak lain adalah jenis mangrove yang biasa ditemukan di kawasan pesisir di Indonesia. Di Subang, avicennia memiliki nama lokal yang biasa disebut Api-api. Pohon Avicenna merupakan tumbuhan pionir pada habitat rawa mangrove dan diketahui memiliki beragam manfaat, yakni untuk gelombang dan abrasi, serta menjadi habitat untuk beragam hewan pantai, seperti ikan dan kepiting. Artikel yang diterbitkan oleh

Hutanbakau memiliki habitat yang ekstrim sehingga tumbuhan yang hidup di daerah ini harus memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi. Secara fisik, vegetasi hutan mangrove menumbuhkan organ khas untuk bertahan hidup, seperti bentuk akar dan kelenjar garam pada daun tanaman. Selain itu, juga terdapat adaptasi fisiologis dalam bentuk lain.
Siapa sih yang tidak tahu dengan hutan mangrove? Salah satu subjek utama bagi pengembangan lingkungan di Indonesia. Lalu bagaimana pengertian, karakteristik, fungsi dan manfaat dari hutan tersebut ya? Hutan mangrove adalah jenis hutan yang terdiri atas formasi dari tumbuhan yang spesifik, dan umumnya dijumpai tumbuh dan berkembang pada kawasan pesisir yang terlindung di daerah tropika dan subtropika. Kata mangrove sendiri berasal dari perpaduan antara bahasa Portugis yaitu mangue, dan bahasa Inggris yaitu grove. Dalam bahasa Portugis, kata mangrove dipergunakan untuk individu jenis tumbuhan, dan kata mangal dipergunakan untuk komunitas hutan yang terdiri atas individu-individu jenis mangrove. Sedangkan dalam bahasa Inggris, kata mangrove dipergunakan baik untuk komunitas pohon-pohonan atau rumput-rumputan yang tumbuh di kawasan pesisir maupun untuk individu jenis tumbuhan lainnya yang tumbuh yang berasosiasi dengannya. Contoh jenis mangrove yang umum ditemui di Indonesia adalah pohon dari spesies bakau. Hutan mangrove di Indonesia sekitar 8,6 juta hektar, terdiri atas 3,8 juta hektar di dalam kawasan hutan dan 4,8 juta hektar di luar kawasan hutan. Kerusakan hutan mangrove di dalam kawasan hutan sekitar 1,7 juta hektar atau 44,73 persen dan kerusakan di luar kawasan hutan 4,2 juta hektar atau 87,50 persen, antara tahun 1982-1993 telah terjadi pengurangan hutan mangrove seluas ha atau ha per tahunnya. Hutan mangrove menjadi salah satu subjek utama bagi pengembangan lingkungan di Indonesia. Banyak lembaga sosial yang bergerak dalam bidang lingkungan terus mensosialisasikan manfaat mangrove. Kondisi ini mendukung kesadaran masyarakat bahwa mangrove memang penting untuk melindungi lingkungan. Pelestarikan kawasan mangrove adalah usaha yang sangat baik untuk menstabilkan kondisi lingkungan dan menyelamatkan semua habitat di hutan mangrove. Kawasan mangrove dapat ditemui di beberapa daerah di Indonesia, seperti di Kabupaten Bangka–Belitung. Baca juga Ciri-ciri dan Manfaat Pohon Beringin yang Tidak Kamu Sadari Secara umum, Saenger menjelaskan pengertian hutan mangrove adalah sebagai suatu formasi hutan yang dipengaruhi oleh adanya pasang-surut air laut, dengan keadaan tanah yang anaerobik. Sedangkan Sukardjo, mendefinisikan hutan mangrove merupakan sekelompok tumbuhan yang terdiri atas berbagai macam jenis tumbuhan dari famili yang berbeda. Namun memiliki persamaan daya adaptasi morfologi dan fisiologi yang sama terhadap habitat yang dipengaruhi oleh pasang surut. Pengertian lainnya dikemukakan oleh Soerianegara yang memberi definisi hutan mangrove sebagai hutan yang terutama tumbuh pada lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai dan eksistensinya selalu dipengaruhi oleh air pasang-surut. Hutan mangrove terdiri dari beragam jenis tumbuhan dari genus Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Scyphyphora dan Nypa. Tomilinson mendefinisikan mangrove sebagai tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang-surut maupun sebagai komunitas. Setiap jenis hutan tentulah berbeda antara satu dengan yang lainnya. Jika suatu hutan tidak berbeda satu dengan yang lainnya, tentu tidak akan ada jenis- jenis hutan. Setiap hutan pasti mempunyai karakteristik atau ciri-cirinya masing- masing, begitu pula dengan hutan mangrove ini. Hutan mangrove mempunyai karakteristik atau ciri- ciri tertentu. Beberapa karakteristik atau ciri- ciri yang dimiliki oleh hutan mangrove ini antara lain adalah sebagai berikut Didominasi oleh tumbuhan mangrove atau tumbuhan bakau, yakni tumbuhan yang mempunyai akar mencuat ke permukaan,Tumbuh di kawasan perairan payau, yakni perairan yang terdiri atas campuran air tawar dan air asin,Sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut,Keberadaannya terutama di daerah yang mengalami pelumpuran dan juga terjadi akumulasi bahan organik,Seringkali termasuk jenis hutan homogen karena tumbuhan yang hidup relatif berasal dari genus yang sama. Persebaran Hutan Mangrove di Indonesia Di Indonesia, hutan mangrove tumbuh dan tersebar di seluruh daerah, mulai dari pulau Sumatera sampai dengan pulau Irian. Kawasan mangrove dapat ditemui di beberapa daerah di Indonesia, seperti di kabupaten Bangka–Belitung bahkan Jakarta. Baca juga Cerita Perjuangan Pak Ujang dan Rekan-rekan Jaga Kelestarian Hutan Mangrove Jakarta Luas hutan mangrove diperkirakan sekitar 4,25 juta hektar, sedangkan menurut laporan GIESENluas hutan mangrove pada tahun 1993 diperkirakan sekitar 2,49 juta hektar. Dari seluruh hutan mangrove yang ada di Indonesia tersebut, ditemukan sekitar 202 jenis tumbuhan yang hidup pada hutan mangrove, yakni meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palm, 19 jenis pemanjat, 44 jenis terna, 44 jenis epifit, 1 jenis paku-pakuan. Sebanyak 43 spesies merupakan jenis tumbuhan mangrove sejati, sementara jenis lainnya merupakan jenis tumbuhan yang biasanya berasosiasi dengan hutan mangrove. Apabila dikelompokkan lagi, dari total 43 jenis mangrove tersebut, 33 jenis termasuk klasifikasi pohon dan sisanya adalah termasuk jenis perdu. Sedangkan menurut Sukardjo, jenis tumbuhan mangrove di Indonesia tercatat sebanyak 75 jenis. Manfaat Hutan Mangrove Keberadaan dan kelestarian hutan mangrove mempunyai peran yang signifikan bagi lingkungan dan masyarakat yang tinggal di sekitar pesisir. Berikut ini beberapa manfaat hutan mangrove antara lain yaitu 1. Menyediakan Nutrisi bagi Makhluk Hidup Tanaman bakau memiliki nutrisi yang baik untuk lingkungan sekitarnya. Bakau atau Rhizophora sp., merupakan salah satu spesies penyusun kawasan mangrove. Bakau merupakan jenis yang dominan menyusun ekosistem mangrove dan umum ditemukan di garis pantai, yang cenderung lebih dekat ke laut dari pada ke darat. Pohon bakau termasuk komponen penyusun kelompok tanaman mangrove yang memiliki tipe perakaran tunjang untuk sebagai bentuk adaptasi dari habitat yang mengalami fluktuasi perendaman air karena adanya pasang surut. Keberadaan tanaman ini sama sekali tidak mengganggu keseimbangan dari ekosistem yang ada di tepi pantai. Terlebih lagi, pohon bakau justru memberikan nutrisi berupa kesuburan tanah yang ada disekitarnya, karena tempat tumbuhnya tanaman bakau berada diantara dataran dan lautan. Pada saat air laut pasang, tanaman ini akan terlihat sedang berada di laut. Sedangkan pada saat surut, tanaman ini akan terlihat berada di dataran. Letak dari tanaman bakau dipengaruhi oleh jarak tumbuhnya antara daratan dan lautan. 2. Menjernihkan Air dan Menjaga Salinitas Garam Akar tanaman mangrove berperan tidak hanya sebagai alat bernafas tanaman saja. Namun, fungsi akar tersebut juga bisa menangkap endapan dan membersihkan kandungan zat kimia dalam air yang berasal dari daratan menuju laut. 3. Menyediakan Berbagai Kebutuhan Obat Tradisional Beberapa bagian tanaman ini juga dapat dimanfaatkan sebagai obat. Kulit batang pohon ini dapat digunakan sebagai pengawet, obat gatal, dan obat radang. Tanaman mangrove juga dipercaya bisa mengobati gigitan ular, rematik, gangguan pencernaan, dan masalah kesehatan lainnya. Getah tanaman ini juga bermanfaat untuk mengobati sakit akibat sengatan hewan laut. Namun, ketika getah tanaman tersebut juga bisa menyebabkan kebutaan sementara apabila terkena mata. Sehingga penggunaan sebagai obat harus hati-hati. 4. Mencegah Abrasi dan Erosi Tanah Sistem perakaran mangrove yang kompleks, rapat, dan lebat dapat menangkap sisa bahan organik dan endapan yang terbawa air laut dari daratan. Proses ini akan membuat air laut menjadi bersih serta memelihara kehidupan padang lamun dan terumbu karang. Selain memiliki banyak manfaat, hutan mangrove juga memiliki fungsi yang besar bagi kehidupan manusia. Terutama karena akar tanaman mangrove yang kuat mampu menopang tanah di sekitar pesisir agar tidak terbawa arus pasang-surut dan ombak. Baca juga Manfaat Pohon Cemara, Jenis dan Ciri-ciri Cemara Fungsi Hutan Mangrove Selain memiliki beragam manfaat, hutan mangrove ternyata mempunyai fungsi yang krusial bagi lingkungan dan kehidupan masyarakat sekitar hutan. Berikut ini penjelasan fungsi-fungsi hutan mangrove antara lain yaitu A. Fungsi Fisik garis pantai agar tetap stabil. Melindungi pantai dan sungai daerah erosi dan abrasi. Menahan angin kencang dari proses penimbunan wilayah penyangga dan menyaring air laut menjadi air tawar di limbah beracun, menghasilkan oksigen, dan menyerap karbon dioksida. B. Fungsi Biologis Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan bagi plankton sehingga dapat menunjang rantai memijah dan berkembang biak ikan, kerang, kepiting, dan berlindung, bersarang, dan berkembang biak burung atau satwa plasma nutfah dan sumber genetik. Habitat alami bagi berbagai jenis biota. C. Fungsi Ekonomi Menghasilkan kayu untuk bahan bakar, arang, dan bahan bahan baku industri seperti pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik, dan lain sebagainya. Menghasilkan bibit ikan, nener, kerang, kepiting, dan berbagai biota wisata, penelitian, dan pendidikan. Fakta Menarik Hutan Mangrove Jenis tumbuhan mangrove mampu tumbuh dan berkembang pada lingkungan pesisir yang berkadar garam sangat ekstrim, jenuh air, kondisi tanah yang kurang stabil dan anaerob. Dengan kondisi lingkungan tersebut, beberapa jenis tumbuhan mangrove mampu mengembangkan mekanisme yang memungkinkan secara aktif untuk mengeluarkan garam dari jaringan. Sementara itu, organ yang lainnya memiliki daya adaptasi dengan cara mengembangkan sistem akar napas untuk memperoleh oksigen dari sistem perakaran yang hidup pada substrat yang anaerobik. Disamping itu, beberapa jenis tumbuhan mangrove seperti Rhizophora sp., Bruguiera sp., Avicennia sp. dan Ceriops sp. mampu berkembang dengan menggunakan buah propagul yang sudah berkecambah sewaktu masih menempel pada pohon induknya atau disebut sebagai vivipar. Tumbuhan tersebut pun mampu hidup pada lingkungan dengan salinitas kadar garam tinggi. Avicennia merupakan jenis yang mampu hidup bertoleransi terhadap kisaran salinitas yang sangat besar. Selain, hutan ini menjadi tempat hidup, flora, terdapat pula keanekaragaman fauna di dalamnya yaitu kepiting, ikan, jenis Molusca, dan lain-lain. Namun, sebagaimana halnya dengan jenis tumbuhan lainnya, mangrove ini tetap membutuhkan air tawar secara normal, unsur hara dan oksigen. Baca juga 10+ Tanaman Konservasi untuk Lahan Gambut FAQ Apa itu Hutan Mangrove? Hutan mangrove adalah jenis hutan yang didominasi oleh tanaman-tanaman mangrove dan berada di kawasan pesisir atau bibir pantai yang menjadi tempat pertemuan air tawar dan air laut. Apa Fungsi Hutan Mangrove? Fungsi hutan mangrove terbagi menjadi 3 macam yaitu fungsi fisik, biologis dan ekonomi. Kita telah mengulas contoh-contohnya dalam pembahasan ini. Di Mana Hutan Mangrove dapat Ditemukan di Indonesia? Di Indonesia, jenis hutan ini tersebar di seluruh daerah. Sebagian hutan ini juga menjadi kawasan ekowisata dan daerah edu-wisata seperti hutan mangrove PIK, Jakarta Utara. Referensi dan rujukan artikel. Penulis Sintiami Ramadhani Editor M. Nana Siktiyana
Carilahinformasi tentang persebaran hutan mangrove dan terumbu karang di indonesia 2.jelaskan mengapa hutan mangrove hanya terdapat di wilayah tersebut - 71394 ritaputry ritaputry 01.09.2016 IPS Sekolah Dasar terjawab Zika Zakiya/National Geographic Indonesia Hamparan mangrove di objek wisata Pantai Song Indah, Desa Karangsong, Indramayu, Jawa Barat. – Berbicara tentang hutan mangrove, ia memiliki banyak manfaat. Mulai dari mencegah intrusi air laut, abrasi dan erosi, penyaring alami, serta menjadi tempat tinggal bagi beberapa jenis satwa. Diketahui bahwa ekosistem mangrove merupakan yang paling penting di kawasan pesisir. Sekitar 80% hasil hasil ikan tangkap di dunia bergantung pada hutan mangrove, baik secara langsung maupun tidak. Akarnya yang rapat dan lingkungan vegetasi di sekitarnya berperan penting untuk menyaring air dari kotoran dan polutan lainnya untuk menghasilkan air bersih. Dalam luasan yang setara dengan hutan tropis, hutan mangrove mampu menyimpan karbon 3-5 kali lebih banyak. Sebagai gambaran, hutan mangrove seluas satu hektar mampu menyerap ton karbon per hektar. Itu sebabnya, menyelamatkan hutan mangrove menjadi krusial dalam memerangi perubahan iklim. Baca Juga Lima Negara yang Mampu Bertahan dari Perubahan Iklim, Apa Rahasianya? Namun, sayangnya kondisi mangrove saat ini, tidak begitu baik. Di Indonesia sendiri, dalam kurun waktu tiga dekade terakhir, ada lebih dari 50% wilayah hutan mangrove yang hilang. Dan di Jakarta, hanya tersisa sekitar 300 hektar. Hal ini cukup menyedihkan karena Indonesia pernah dikenal sebagai negara dengan lahan mangrove terbesar di dunia—dengan luas 3,5 juta hektar atau sekitar 20% dari total lahan dunia. Direktur Mangrove Ecosystem Restoration Alliance MERA, M Imran Amin, mengatakan, penyebab kerusakan hutan mangrove di Indonesia sebagian besar berasal dari aktivitas manusia. Terutama akibat konversi lahan untuk budidaya perikanan dan pertambakan yang merugikan lingkungan. “Secara nasional, sebagian besar wilayah kita memang dikonversi sebagai tambak—baik untuk udang maupun bandeng. Bermula pada awal 2000-an, kemudian menjadi masif di mana-mana sehingga mengikis kawasan mangrove,” ungkapnya dalam acara MERA Media Expose, pada Kamis 23/5 lalu di Jakarta. Imran menambahkan, sekitar 80% hutan mangrove di Pulau Jawa sudah rusak. Dan meski di Jakarta terhitung ada sekitar 300 hektar kawasan mangrove, tapi sebenarnya hanya 99 hektar yang masih menunjukkan kehidupan’. Beberapa area bahkan dipenuhi eceng gondok dan sampah. Khusus Suaka Margasatwa Muara Angke SMMA, mangrove dan hutan lindungnya tidak hanya dimanfaatkan oleh masyarakat setempat, tetapi juga warga luar daerah. Para nelayan yang datang ke Jakarta untuk menangkap ikan, kerap memakirkan kapal-kapalnya di sungai dan muara kawasan Mangrove. Baca Juga Ke Mana Perginya Sampah Plastik dari Negara-negara Maju dan Industri? Untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapi hutan mangrove di Indonesia, Yayasan Konservasi Alam Nusantara YKAN afiliasi dari The Nature Conservacy TNC, mengusung Mangrove Ecosystem Alliance atau Aliansi Restorasi Ekosistem Magrove MERA. Ini merupakan sebuah platform kemitraan yang bekerja sinergis untuk menyelamatkan dan melestarikan hutan mangrove. Program kerja MERA berlandaskan kajian ilmiah yang kuat sebagai acuan untuk membuat rencana desain restorasi hutan mangrove. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
16 Kepedulian warga Negara dalam menjaga keutuhan negara Indonesia dapat dilihat dari pengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa a. persatuan b. sehari-hari c. pemerintahan d. warisan nenek moyang - on study-assistant.com
83% found this document useful 6 votes17K views5 pagesOriginal TitleCarilah Informasi tentang persebaran Hutan Mangrove dan Trumbu Karang di © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?83% found this document useful 6 votes17K views5 pagesCarilah Informasi Tentang Persebaran Hutan Mangrove Dan Trumbu Karang Di IndonesiaOriginal TitleCarilah Informasi tentang persebaran Hutan Mangrove dan Trumbu Karang di kPxA7mI.
  • 4zzd0hmwai.pages.dev/563
  • 4zzd0hmwai.pages.dev/55
  • 4zzd0hmwai.pages.dev/102
  • 4zzd0hmwai.pages.dev/253
  • 4zzd0hmwai.pages.dev/350
  • 4zzd0hmwai.pages.dev/438
  • 4zzd0hmwai.pages.dev/177
  • 4zzd0hmwai.pages.dev/532
  • carilah informasi tentang persebaran hutan mangrove